Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata
“motif” itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat–saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan mendesak (Sardiman, 2006: 73). Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2008:
158), “motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Sejalan
dengan pemahaman tersebut Nana
Syaodih Sukmadinata (2007: 381) menyatakan bahwa “motivasi
merupakan suatu kondisi dalam diri individu atau peserta didik untuk melakukan
kegiatan mencapai sesuatu tujuan”. Sebagai contoh motivasi ingin lulus
ujian mendorong peserta didik untuk membeli buku-buku yang diperlukan, banyak
belajar, mengikuti bimbingan dan latihan dari guru, belajar kelompok dengan
teman-temannya, dan sebagainya.
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya dorong
seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Seorang peserta
didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorong yang berupa
motivasi. Motivasi menimbulkan intensitas bertindak lebih tinggi. Terjadi suatu
usaha merangsang kemampuan siswa untuk bertindak khususnya dalam hal belajar
yang dikarenakan adanya keinginan untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Dalam
kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan
aktualisasi diri sehingga motivasi besar pengaruhnya pada kegiatan belajar
siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Motivasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah motivasi dalam belajar, dimana dengan motivasi yang
dimiliki seseorang siswa akan mampu meningkatkan prestasi belajarnya.
Oemar
Hamalik (2008: 75) menyatakan bahwa “ motivasi belajar adalah merupakan faktor
psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang
memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar”. Menurut Winkel (2004:
27),
“ motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yaitu menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki
oleh siswa tercapai”. Dikatakan “ keseluruhan” karena biasanya ada
beberapa motif yang bersama-sama
menggerakkan siswa untuk belajar. Selajan dengan pendapat tersebut Sardiman (2006:
102) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
Dari beberapa pendapat tentang devinisi motivasi belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar merupakan keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan gairah, rasa senang
dan semangat untuk belajar dan memberi arah dari kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Dalam hal
ini jika dikaitkan pada program keahlian Teknik Audio Video motivasi belajar dapat memdorong siswa dan
memberi semangat untuk mencapai prestasi yang tinggi.
b.
Macam-macam
motivasi belajar
Biggs dan Tefer yang
dikutip oleh Sugihartono, dkk (2007:
78)
menyatakan bahwa pada dasarnya siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam
belajar. Macam-macam motivasi tersebut adalah :
1) Motivasi
Instrumental
Motivasi intrumental berarti bahwa siswa
belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman.
2) Motivasi
sosial
Motivasi sosial berarti siswa belajar
untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa pada tugas
menonjol.
3) Motivasi
berprestasi
Motivasi berprestasi berarti bahwa siswa
belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya.
4) Motivasi
Intrinsik
Motivasi
intrinsik berarti bahwa siswa belajar karena keinginannya sendiri.
Menurut Winkel (2004: 27) menyatakan bahwa
motivasi belajar terbagi atas dua bentuk yaitu:
1) Motivasi
intrinsik, yaitu bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar. Misalnya anak belajar karena ingin mengetahui seluk beluk
suatu masalah selengkap-lengkapnya.
2) Motivasi
ekstrinsik yaitu bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar. Misalnya anak rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang
dijanjikan orang tuanya.
Mengacu pada pengertian
motivasi di atas, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik, maka dapat dikatakan
bahwa motivasi intrinsik mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kegiatan
belajar bila dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik. Hal ini seperti
dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2008: 181) bahwa motivasi yang berasal dari
dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang di paksakan dari luar.
Dengan demikian
motivasi intrinsik mempunyai sifat yang lebih penting, untuk itu motivasi intrinsik perlu selalu ditimbulkan
dan dikembangkan pada diri siswa karena dengan membangkitkan motivasi intrinsik
berarti timbulnya keinginan untuk belajar pada diri siswa bukan karena ingin
mendapatkan hadiah orang tua atau takut tidak naik kelas.
Menurut
Nana Syaodih (2009: 63)
sifat motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1) Motivasi
takut (fear
motivation)
Individu melakukan sesuatu perbuatan
karena takut.
2) Motivasi
intensif (incentive motivation)
Individu melakukan sesuatu perbuatan
untuk mendapatkan sesuatu insentif.
3) Sikap
(attitude
motivation) /
(self
motivation)
Motivasi ini lebih bersifat intrinsik,
muncul dari dalam diri individu, berbeda dengan kedua motivasi sebelumnya yang
lebih bersifat ekstrinsik dan datang dari luar diri individu.
Menurut Oemar hamalik
(2009: 113)
motivasi intrinsik dan ekstrinsik tersebut dapat muncul karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
1) Tingkat
kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah laku atau
perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapainya.
2) Sikap
guru terhadap kelas. Guru yang bersikap bijak dan selalu merangsang siswa untuk
berbuat ke arah suatu tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu akan
menumbuhkan sifat intrinsik, tetapi bila guru lebih menitik beratkan pada
rangsangan-rangsangan sepihak maka sifat ekstrinsik menjadi dominan.
3) Pengaruh
kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat maka motivasinya lebih
condong ke sifat ekstrinsik.
4) Suasana
kelas. Suasana kebebasan yang bertanggung jawab tentunya lebih merangsang
munculnya motivasi intrinsik dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan
paksaan.
Pada umumnya motivasi
intrinsik lebih kuat dan lebih baik dari pada motivasi ekstrinsik sehingga
perlu dibangun motivasi intrinsik pada diri siswa. Diharapkan anak mau belajar
karena takut dimarahi, dihukum, mendapat angka merah, ataupun takut tidak lulus
dalam ujian. Tetapi, anak mau belajar karena merasa perlu atau membutuhkan
untuk mencapai tujuan belajarnya.