KEBUMEN - Bangunan di Pasar Tumenggungan Kebumen
kini telah rata dengan tanah. Satu-satunya bangunan yang masih
dipertahankan yakni sumur tua karena ada kaitannya dengan sejarah
Kabupaten Kebumen.
Sumur tua di Pasar Tumenggungan dipercaya ada sejak munculnya pasar
itu pada masa Pangeran Bumidirja. Pangeran dari Mataram yang menamakan
dirinya Ki Bumi. Nama yang menjadi awal mula munculnya nama Kebumen.
Sumur tersebut juga memiliki keunikan karena tidak pernah kering
sepanjang tahun. Bahkan sebagian masyarakat mengkeramatkannya dengan
memberi sesaji. Pada waktu-waktu tertentu, ada pula yang datang untuk
ngalap berkah. Selain itu setiap bulan Sura, ada tanggapan seni
tradisional eblek.
"Sumur itu dipertahankan semata-mata karena bersejarah. Nantinya,
daerah sekitar sumur menjadi ruang terbuka hijau," tegas Kepala Bidang
Pengelolaan Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar
(Disperindagsar) Kabupaten Kebumen, Sigit Basuki.
Kearifan lokal dalam pembangunan pasar tradisional di Kabupaten
Kebumen, juga ditunjukan terhadap keberadaan sumur tua di Pasar
Tlogopragoto Mirit. Menurut Sigit, desain pembangunan pasar tersebut
mempertahankan kepercayaan masyarakat setempat bahwa sumur dan pintu
gerbang pasar harus lurus tanpa terhalang bangunan.
Tahun ini Pemkab Kebumen sekaligus membangun 5 pasar tradisional,
yakni Pasar Tumenggungan, Pasar Tlogopragoto, Pasar Prembun, Pasar
Karanganyar, dan Pasar Jatisari Kebumen.
APBD II Kabupaten Kebumen membiayai pembangunan Pasar Tumenggungan
yang menelan anggaran Rp 52,5 miliar dan Rp 4,6 miliar untuk Pasar
Tlogopragoto.
Sedangkan Pasar Prembun yang menelan anggaran Rp 5,5 miliar, Pasar
Karanganyar Rp 10,5 miliar, dan Pasar Jatisari Rp 3,5 miliar, dibiayai
dari dana tugas pembantuan Kementerian Perdagangan. (Suk)
sumber (KRjogja.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar